Mungkin udah banyak yang pada tau kalau Souls Games atau deretan games buatan From Software yang judul-judulnya selalu diakhiri oleh kata "Souls" adalah deretan game yang terkenal akan tingkat kesulitannya. Bahkan, pengembangnya sendiri mengatakan bahwa dalam games mereka kematian karakter utama bukanlah hal yang langka. Hal itu memang benar karena dalam games tersebut pemain akan merasakan yang namanya kegagalan berkali-kali.
Dapat merasakan kegagalan berkali-kali dalam games tersebut dapat disebut sebagai pedang bermata dua tergantung siapa yang memainkannya. Untuk Casual Gamer atau Gamer yang hanya memainkan game untuk menghabiskan waktu luang, Souls Games merupakan game yang menyebalkan karena biasanya Casual Gamer benci kekalahan. Namun di lain sisi, Hardcore Gamer atau Gamer yang bermain game untuk benar-benar menaklukan atau bahkan "mengulik" game akan menganggap Souls Games sebagai deretan games yang wajib dimainkan. Nah, karena kebetulan Bad (panggilan akrab saya) sudah memainkan 2 dari keempat seri Souls Games yang sudah ada (Dari Souls dan Dark Souls 2), maka Bad akan sedikit mengulas tentang game Dark Souls yang pertama yang membuat Bad menghabiskan cukup banyak waktu menggenggam stik Xbox 360 kesayangan.
Sebenarnya Dark Souls (atau biasa juga disebut Dark Souls 1) bukanlah seri pertama dari keempat seri Souls Games. Sebab, seri pertama dari Souls Games adalah Demon Souls. Namun, sayangnya Demon Souls hanya dirilis secara eksklusif untuk Playstation 3 (PS3) saja. Nah, karena kebetulan Bad tidak memiliki konsol PS3, makanya Bad belum pernah mencoba Demon Souls.
Balik lagi ke Dark Souls, sebenarnya sebelum mencobanya sendiri Bad sudah melihat beberapa gameplaynya melalui video-video di YouTube. Dari situ pun Bad sudah mulai memiliki ketertarikan hingga akhirnya memutuskan untuk membeli game tersebut. Sesuai prediksi, saat pertama kali memainkan game ini, Bad merasa terkesima dengan tampilan grafik yang cukup bagus untuk ukuran sebuah game Xbox 360. Tidak hanya sampai disitu, Bad merasa lebih kagum lagi dengan game ini saat mulai merasakan mengendalikan karakter utama. Pengendaliannya sangat "Real" sekali menurut Bad. Berjalan, berlari, melompat, mengendap-endap, mengayunkan pedang, bahkan berlindung di balik tameng terasa begitu sama persis dengan gerakan-gerakan manusia di dunia nyata. Hanya saja yang terasa tidak Real dalam game ini adalah saat karakter utama melakukan gerakan riposte atau backstab dengan dikelilingi beberapa musuh di sekitar. Sebab, karakter kita akan menjadi "Untouchable" hingga selesai melakukan salah satu dari gerakan tersebut. Padahal jika saja gerakan riposte dan backstab dibuat dapat terganggu oleh musuh lain, maka tingkat kesulitan game ini akan menjadi lebih susah lagi (ini aja udah susah, apalagi riposte dan backstab dibuat kaya gitu, hehe....).
Riposte: selalu bisa diandalkan di saat genting
Tingkat kesulitan memang menjadi nilai jual utama dari game ini. Namun, game ini diperparah dengan nuansa gothic abad pertengahan yang lumayan horor lengkap dengan monster-monster berukuran raksasa yang bisa bikin pemain terkaget-kaget dan berusaha untuk kabur saat pertama kali melihat mereka. Namun, jangan salah sebab ada peribahasa yang mengatakan "size doesn't matter". Jadi, tidak semua makhluk yang berukuran tubuh super besar dan super seram itu selalu kuat dan bisa membunuh karakter kita dengan sekali gebuk.
Selain itu, nilai jual lainnya dari game ini adalah Lore atau kisah dan jalan cerita yang terkandung di dalam game ini. Tidak seperti game pada umumnya yang menceritakan kisah dan jalan cerita sebuah game secara gamblang, di game ini pemain dituntut untuk lebih "berusaha" dalam memahami jalan cerita di game ini melalui berbagai petunjuk, seperti keterangan-keterangan yang ada pada perlengkapan-perlengkaoan yang dimiliki oleh karakter utama, mengobrol dengan berbagai NPC, dan lain sebagainya.
Nah, itulah beragam hal yang menjadi nilai jual game Dark Souls yang membuatnya menjadi sangat terkenal sebagai game console bagi para Hardcore Gamer.